Produk Hasil Budaya Indonesia Dan Historinya
10 Produk Hasil Budaya Indonesia Dan Historinya
1. Batik
Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa ambhatik, dari kata amba yang berarti lebar, luas, kain; dan titik yang berarti titik atau matik (kata kerja dalam bahasa Jawa berarti membuat titik) dan kemudian berkembang menjadi istilah batik, yang berarti menghubungkan titik-titik menjadi gambar tertentu pada kain yang luas atau lebar. Batik juga mempunyai pengertian sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan membuat titik-titik tertentu pada kain mori. Dalam bahasa Jawa, batik ditulis dengan bathik, mengacu pada huruf Jawa ꦛ (tha) yang menunjukan bahwa batik adalah rangkaian dari titik-titik yang membentuk gambaran tertentu. Batik sangat identik dengan suatu teknik (proses), dari mulai penggambaran motif hingga pelodorannya. Salah satu ciri khas batik adalah cara penggambaran motif pada kain yang menggunakan proses pemalaman, yaitu menggoreskan malam (lilin) yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
2. Sendrati Ramayana
Sendratari Ramayana merupakan sebuah pertunjukan yang menggabungkan tari dan drama tanpa dialog yang mengangkat cerita Ramayana.Sendratari Ramayana menceritakan kisah tentang usaha Rama untuk menyelamatkan Sinta yang diculik oleh Rahwana. Sendratari Ramayana merupakan salah satu media dalam menyajikan wiracarita atau epos Ramayana, media lain seperti seni sastra, seni rupa, dan bebagai seni pertunjukan. Sendratari mengutamakan gerak-gerak penguat ekspresi sebagai pengganti dialog, sehingga dengan sendratari diharapkan penyampaian wiracarita Ramayana dapat lebih mudah dipahami dengan latar belakang budaya dan bahasa penonton yang berbeda. Penampilan cerita Ramayana dalam bentuk seni pertunjukan tari terdapat di berbagai negara antara lain Kamboja, Srilanka, Thailand, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Indonesia, dan India.
Sendratari Ramayana di Indonesia pertama kali dipentaskan pada 26 Juli 1961 di panggung terbuka Candi Prambanan. Pertunjukan pertama kali ini digagas oleh Letjen TNI (purn) GPH Djati Kusumo yang pada bulan April 1961 membentuk tim proyek untuk membangun panggung terbuka di depan Candi Prambanan.Panggung terbuka yang dirancang Harsoyo dari Universitas Gadjah Muda berukuran panjang 50 meter, lebar 12 meter ini memiliki tempat duduk sampai 3.000 buah.Proyek Sendratari Ramayana koreografinya ditangani oleh Soerjohamidjojo dan Soeharso, melibatkan 865.000 orang terdiri dari penari, penabuh gamelan, dan perancang busana.
3. Reog Ponorogo
Reog Ponorogo merupakan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Timur. Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang berupa tarian. Dalam pementasan Reog Ponorogo tidak ada skenario tarian yang pasti dan paten. Biasanya seniman Reog mementaskan berdasarkan aadegan yang telah dipelajarinya dengan tambahan gerak mengayun-ayunkan bagian kepala Reog. Pemain Reog memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat mahkotanya bisa mencapai sekitar 50-60 kilogram.
Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Tiongkok, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
4. Tari Saman
Tari Saman merupakan tarian yang berasal dari Gayo, Aceh. Tari ini diakui dan masuk dalam daftar warisan budaya tak benda yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO pada 22-29 November 2011.Tarian Saman menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya tanpa adanya pergeseran dan liak-liuk anggota tubuh lain dan kaki.
Tari ini biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat daerah setempat. Syair dalam Tari Saman menggunakan campuran bahasa Arab dan bahasa Gayo. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu.
Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung.
5. Keris
Keris digunakan para anggota kerajaan sebagai senjata pusaka yang dituakan. Keris adalah senjata tradisional yang diyakini mengandung kekuatan magis. Senjata pusaka ini mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai 'Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity' pada 25 November 2005.
Keris telah digunakan di Indonesia sejak abad ke-9 dan terbuat dari logam. Gagang keris terbuat dari tulang belulang, kayu, atau tanduk binatang. Kerajaan Majapahit kemuduian melanjuta tradisi pembuatan keris. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai mahapatih, kebudayaan keris tersebar luas hingga kawasan Nusantara, seperti Malaysia, Brunei,Thailand, Filipina, dan dan Kamboja.
Banyak sejarawan menganggap bahwa masa Kerajaan Mataram Islam mewakili fase di mana pembuatan keris di Jawa mengalami masa kejayaan. Pada masa itu, perkembangan keris sangat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Keris sebagai senjata peang adalah salah satu alasan kuat meningkatnya perkembangan itu.
Di masa Raja Mataram ketiga, Sultan Agung, muncul dapur-dapur baru. Dapur keris bisa diartikan ragam bentuk keris sesuai dengan ricikan yang terdapat pada bilah berdasrakan jumlah luk (lekukan)-nya. Misalnya dapur keris Nagasasra, dapur keris Sabuk Inten, dapur keris Sengkelat, dapur keris Jalak Sepuh, dan dapur keris Tilam Upih. Pada masa Mataram Sultan Agung para mpu juga mulai megenal budaya kinatah pada keris.
Tradisi pembuatan keris terus berkembang pada era nom-noman, terutama setelah Mataram terbagi menjadi dua, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1755.
Pada masa Raja Surakarta Paku Buwono III terjadi perkembangan yang sangat mencolok dalam pembuatan keris, terutama dalam pemilihan material atau bahan baku keris. Para mpu melakukan eksplorasi estetik baru pada dapur dan ricikan (penamaan bagian-bagian pada keris untuk menentukan dapur keris) yang semakin detil.
6. Angklung
Angklung adalah alat musik kesenian tradisional dari Jawa Barat. Alat musik itu juga telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai bagian dari World Heritage pada 19 Januari 2011. Sertifikat diserahkan mantan Duta Besar RI untuk UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi kepada Menteri Pendidikan Nasional kala itu, Muhammad Nuh.
Angklung yang baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu seperti angklung berdasar pada pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang jika mengering berwarna kuning keputihan.
Tiap nada dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah tiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Di antara fungsi angklung yang dikenal oleh masyarakat Sunda sejak masa kerajaan Sunda adalah sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung. Pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak-anak pada waktu itu.
7. Wayang
Wayang merupakan budaya Indonesia yang sudah tersohor. Bahkan Wayang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia pada tahun 2003 dan telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Bahkan orang asing belajar wayang.
Wayang adalah seni pertunjukan yang dimainkan oleh seorang dalang dengan diiringi musik gamelan serta suara seorang pesinden. Kisah yang diceritakan dalam lakon pewayangan tentang Petruk, Semar, Bagong, dan Gareng.
Asal Usul Wayang
Ditinjau dari sejarah yang ada, asal usul wayang dianggap telah hadir semenjak 1500 tahun sebelum Masehi. Wayang lahir dari para cendikia nenek moyang suku Jawa di masa silam. Pada masa itu, wayang diperkirakan hanya terbuat dari rerumputan yang diikat sehingga bentuknya masih sangat sederhana. Wayang dimainkan dalam ritual pemujaan roh nenek moyang dan dalam upacara-upacara adat Jawa.
Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang buruan atau kulit kayu mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yang pernah ditemukan diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi.
Perkembangan wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian berkembang. Adapun masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah khasanah kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana merupakan 2 contoh kisah yang menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu. Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan memiliki kesinambungan cerita yang unik sehingga pada abad ke X hingga XV Masehi, kedua kisah inilah justru yang menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.
8. Tari Barong
Tarian dari Bali yang terkenal di mancanegara yakni Tari Barong. Tari Barong adalah tarian khas Bali yang sudah ada sejak peradaban kebudayaan pra hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebaikan melawan kebathilan. Barong sebagai lambang kebaikan melawan Rangda sebagai simbol kejahatan.
Barong bali dipercaya sebagai metamorfosis dari barong ponorogo atau Reog, oleh raja Airlangga saat mengungsi ke pulau Bali untuk menyelamatkan diri. selain barong ponorogo yang dibawa ke bali, melainkan juga seperti seni sastra, aksara jawa, serta keagamaan.
Dalam perkembangannya barong ponorogo diubah bentuk dan cerita sesuai kondisi masyarakat di bali yang diperuntukan untuk kegiatan spiritual keagamaan.
Pengaruh yang di dapat pada barong Bali bisa di lihat pada bentuk barong ponorogo saat tampil tanpa mahkota merak (Kucingan) dan pada Topeng Rangda yang mendapat pengaruh dari topeng bujang ganong. Serta kelompok orang orang yang mendalami ilmu kesaktian pada orang tua yang mendapat pengaruh pada perilaku kegiatan nyata warok muda dan warok tua yang sakti mandraguna yang saat ini masih terjaga di Ponorogo, meskipun kegiatan tersebut saat ini tertutup untuk kalangan tertentu.
Dengan begitu, muncul jenis barong bali dengan berbagai kepala hewan seperti Babi, Gajah, Anjing dan Burung yang menjadi kebanggaan tiap-tiap kota di bali.
9. Tari Pendet
Selain Tari Kecak, Tari Pendet juga sudah mendunia. Tari Pendet adalah sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang wanita yang dipertunjukan sebagai kegiatan pemujaan di Pura. Kini Tari Pendet berkembang menjadi tari penyambutan atas turunnya Dewa ke dunia dan penyambutan untuk tamu sebagai ucapan selamat datang.
Seorang maestro seni tari dari Bali bernama I Wayan Rindi yang telah dikenal luas sebagai penggubah Tari Pendet. Tahun 1950 tercatat sebagai tahun kelahiran tari tersebut.
Pada awal penciptaannya ini merupakan tarian sakral yang memiliki gerakan sebagai simbol penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia.
Tari Pendet mengalami beberapa perubahan fungsi dan gerakan pada tahun 1961. Melalui I Wayan Beratha, tari ini juga difungsikan sebagai tari penyambutan tamu dengan ditambahkannya jumlah penari menjadi 5 orang.
Berselang setahun kemudian,I Wayan Beratha dan kawan-kawan menciptakan tari pendet massal. Ditarikan oleh para penari yang jumlahnya tidak kurang dari 800 orang, untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
10. Tari Kecak
Bali merupakan tempat wisata yang sudah tersohor di luar negeri. Budayanya yang sudah terkenal yakni Tari Kecak. Tari Kecak adalah sebuah tarian yang dibawakan sebagai sendratari yang dipertunjukan massal dan terdapat unsur drama di dalamnya.
Tari ini tergolong sendratari karena dari keseluruhan pertunjukan akan menggambarkan seni peran dari cerita pewayangan seperti tokoh Rama dan Sinta. Selain itu juga mempertontonkan kekebalan fisik para penarinya yang tidak terbakar api. Tari ini juga khusus digunakan untuk ritual keagamaan masyarakat Hindu di Bali.
Tari Kecak menggunakan teriakan 'cak cak ke cak cak ke' sebagai musik pengiring. Oleh karena itulah tari ini disebut Tari Kecak. Di tahun 1930-an, seniman Bali bernama Wayan Limbak dan pelukis asal Jerman bernama Walter Spies menciptakan tarian kecak. Tarian ini terinspirasi dari ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Bali yang kemudian diadaptasi dalam cerita Ramayana dalam kepercayaan Hindu untuk dipertontonkan sebagai pertunjukkan seni saat turis datang ke Bali.
Tari kecak biasanya dilakukan oleh puluhan laki-laki bertelanjang dada dan mengenakan kain kotak-kota di pinggang hingga atas dengkul.
Tari kecak pertama kali dipentaskan di beberapa desa saja salah satunya adalah Desa Bona, Gianyar. Namun berkembang ke seluruh daerah di Bali dan selalu dihadirkan saat kegiatan-kegiatan seperti festival yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta.
Komentar
Posting Komentar